Masyarakat di Desa Tanjungmorawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, merasa khawatir akibat dampak abu dari letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo yang memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Abu vulkanik menyebabkan udara dipenuhi kabut, menyulitkan orang untuk bernapas. Warga Medan, Nukman, pada 5 Oktober mengatakan, "Kami tidak bisa melihat dengan jelas abu vulkanik yang mengambang di udara dengan langsung. Udara dipenuhi kabut, dan kami merasa kesulitan bernapas hingga malam hari. Untungnya, pada sore hari tanggal 4 hingga malam, hujan turun deras, mengurangi abu di udara. Semoga Gunung Sinabung tidak meletus lagi." Sutopo Purwo Nugroho, Direktur Pusat Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, menyatakan bahwa letusan Gunung Sinabung menyebabkan aliran panas yang terbawa angin. Ia berharap masyarakat tetap waspada. Hingga 5 Oktober, status Gunung Sinabung masih berada pada tingkat kewaspadaan level tiga. Pada pukul 07:53 pagi tanggal 5 Oktober, Gunung Sinabung meletus dan mengeluarkan abu vulkanik setinggi 3.000 meter. Sebelumnya, pada dini hari, gunung tersebut meletus tiga kali. Menurut laporan dari Pusat Pemantauan Gunung Api dan Bencana Geologi, letusan pertama terjadi pada pukul 01:46 pagi, disertai dengan awan panas yang bergerak ke arah selatan sejauh 4.500 meter, berlangsung selama 263 detik, dan melepaskan abu vulkanik setinggi 2.000 meter.