Eksposur global dapat memengaruhi minat konsumen untuk mengonsumsi makanan tradisional, terutama generasi muda. Situasi ini seringkali diterima tanpa memperhatikan keberlangsungan makanan tradisional sebagai bagian dari budaya lokal dan nilai tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki dan membandingkan pengaruh lintas generasi dan nilai tradisionalis terhadap food preference makanan tradisional di Surabaya. Faktor yang memengaruhi food preference salah satunya adalah nilai tradisi (adherence to cultural value). Peran lintas generasi ini dapat diposisikan sebagai moderator dalam penelitian permasalahan ini. Generasi yang berbeda tentu saja memiliki perbedaan pola pikir, perbedaan kepatuhan akan nilai-nilai tradisional, dan perbedaan dalam preferensi makanan. Data berasal dari responden Generasi X, Generasi Y/Milenial, dan Generasi Z di Kota Surabaya. Analisis PLS-SEM digunakan dalam penelitian ini. Selain menguji pengaruh nilai tradisional terhadap food preference makanan tradisional, peneliti lebih jauh juga menyelidiki apakah lintas generasi memiliki peran moderasi pada pengaruh tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa adherence to cultural value berpengaruh positif terhadap food preference makanan tradisional di kalangan Tionghoa di Surabaya (coef = 0.527; sig < 0.001). Walaupun ada bukti bahwa millenial dan gen Z memiliki food preference makanan tradisional yang lebih rendah dibanding gen X (coef = -0.324; sig 0.026), namun peneliti tidak menemukan adanya bukti bahwa pengaruh adherence to cultural value terhadap food preference berbeda antar generasi (coef = -0.185; sig =0.209). Kesimpulannya, penelitian ini menemukan bahwa kepatuhan terhadap nilai-nilai budaya secara konsisten meningkatkan preferensi makanan tradisional di kalangan komunitas Tionghoa di Surabaya, terlepas perbedaan antar generasinya.