Semua pasar yang ada di Surabaya tidak memenuhi standar tata arsitektur pembangunan sebuah pasar. Dampaknya, bila terjadi kebakaran sukar dilokalisir dari kendaraan pemadam kesulitan untuk menjangkaunya. Demikian diungkapkan Ir Benny Poerbantanor MSP, pakar tata kota dan juga arsitek dari UK Petra Surabaya. Dosen Teknik Arsitektur UK Petra ini sangat menyesalkan kejadian yang membumi hanguskan pasar Tambahrejo itu. Menurut Benny, sebuah bangunan pasar yang baik, selain harus nyaman juga harus aman, termasuk aman dari amukan api. Karena itu, dalam konsep room programming dalam ilmu arsitektur, khususnya tentang tata arsitektur pembangunan sebuah pasar, harus ada lorong-lorong lebar, minimal lima meter. Ini untuk mengantisipasi keadaan berbahaya seperti kebakaran. Selain itu, bangunan sebuah pasar tidak boleh dibuat los begitu saja, tapi harus dibagi menjadi blok maksimal berukuran 50x100 meter persegi dan setiap blok itu harus dikelilingi lorong-lorong yang lebarnya minimal lima meter itu. Pembagian blok-blok ini menurut Benny, juga untuk mengelompokkan pedangan yang berjualan barang sejenis. Selain itu, Benny memandang perlu adanya fasilitas pemadam kebakaran di setiap pasar, mulai dari yang kecil berupa tabung-tabung gas, hydrant atau jika perlu setiap pasar harus mempunyai satu mobil pemadam kebakaran, meski berukuran mini.