Provinsi Jawa Timur saat ini telah memasuki musim kemarau. Namun, kekeringan tahun ini lebih parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Seluruh 26 kabupaten/kota di Jawa Timur telah masuk dalam kategori daerah yang mengalami "musim hujan yang terlambat." Pada tanggal 30 Oktober, Direktur Jenderal Air Minum dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Ditjen Cipta Karya Air Minum), M. Natsir, mengatakan kepada media: "Kekeringan yang parah ini disebabkan oleh belum turunnya hujan sejak musim hujan seharusnya dimulai di seluruh Provinsi Jawa Timur." Untuk menghadapi kekeringan, berbagai fasilitas seperti waduk, sumur, dan peralatan pompa air telah disalurkan ke Jawa Timur sebagai cadangan. Selain di Jawa Timur, daerah lain yang juga terdampak adalah lima kabupaten di wilayah Wetan (Jawa Barat), 19 kabupaten di wilayah Tengah, sembilan kabupaten di wilayah Barat termasuk Yogyakarta, serta 22 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang juga terancam kekeringan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur telah memulai upaya mitigasi terhadap kekeringan sejak lima bulan lalu. "Kami telah mengirimkan bantuan berupa 3000 unit tangki penyimpanan air dengan kapasitas masing-masing 2200 liter ke 22 kabupaten/kota," kata Kepala BPBD Jawa Timur, Sudarmawan. Menurut Sudarmawan, meskipun kondisi kekeringan tahun ini tidak seburuk tahun lalu, di mana kekeringan melanda 870 desa, tahun ini hanya 624 desa yang terdampak. Wilayah yang paling parah mengalami kekeringan adalah Kabupaten Malang, Blitar, Jember, dan Banyuwangi.