Pada 4 Oktober, Keraton Yogyakarta merayakan Hari Raya Idul Adha dengan mengadakan acara tradisional berebut "Gunung Buah" (Grebeg Gunungan). Para prajurit dan penjaga istana membawa tiga Gunung Buah pria dan tiga Gunung Buah wanita, berangkat dari istana menuju Masjid Agung Gede Kauman untuk berdoa. "Gunung Buah" terbuat dari berbagai hasil pertanian lokal dan berbagai makanan ringan, yang melambangkan berbagi berkah antara kerajaan dan rakyat sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia Tuhan. Pada 6 Oktober, SCTV melaporkan bahwa acara tradisional tersebut selalu menarik perhatian masyarakat dan disambut dengan antusias oleh warga setempat. Mereka tidak akan melewatkan kesempatan untuk berebut, ketika "Gunung Buah" dibawa ke jalan, warga berlomba-lomba untuk merebutnya. Beberapa orang masih mempercayai tradisi ini, menganggap bahwa barang-barang yang berhasil mereka rebut dari "Gunung Buah" akan membawa keberuntungan. Sementara itu, Keraton Solo juga mengadakan acara serupa, namun hanya dengan satu Gunung Buah pria dan satu Gunung Buah wanita. Gunung Buah ini dibawa oleh prajurit istana menuju Masjid Agung Kauman sekitar satu kilometer untuk berdoa, setelah itu akan dibagikan kepada warga sekitar. Namun, meskipun doa belum selesai, warga sudah berdesakan untuk merebutnya, sehingga hanya satu Gunung Buah yang berhasil dibawa kembali ke istana untuk dibagikan kepada warga sekitar. Upacara berebut "Gunung Buah" tradisional ini melambangkan rasa syukur kerajaan terhadap karunia Tuhan dan kemudian berkembang menjadi tradisi tahunan di Yogyakarta dan Solo untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.