Gedung ini dibangun mulai pada tahun 1911 dan selesai dibangun pada tahun 1913. Dirancang oleh biro arsitek milik Hulswit, Fermont, dan Ed. Cuypers, dari Batavia Sebutan untuk kota Jakarta pada zaman dulu) yang merupakan seorang arsitek dari golongan kolonial Belanda. Pada awalnya gedung ini adalah milik N.V Lindeteves Stokvis yang merupakan satu diantara lima perusahaan konglomerat Belanda. Kelima perusahaan tersebut menguasai jaringan bisnis perdagangan, produksi, jasa, industri, dan distribusi ke berbagai negara. Gedung Lindeteves Stokvis ini merupakan cabang dari perusahaan yang berpusat di Semarang. Gedung Lindeteves Stokvis ini merupakan perusahaan yang sukses berbisnis alat berat, yaitu pusat perkulakan dan pabrikasi kontruksi baja.
Sukses dengan bisnisnya dibidang kontruksi baja membuat pihak pemerintah Jepang menjadikan gedung ini sebagai bengkel perbaikan peralatan dan kendaraan perang para tantara Jepang, tepatnya pada saat masa kependudukan Jepang di Indonesia tahun 19421945. Berjalan selama tiga tahun dibawah kepemilikan pemerintahan Jepang, gedung ini dirampas oleh arek – arek Suroboyo. Pada masa awal kemerdekaan Bangsa Indonesia, arek-arek Suroboyo yang tergabung dalam organisasi TKR Tentara Keamanan Rakyat) berhasil merebut gedung Lindeteves Stokvis dengan merampas sejumlah kendaraan tank dan alat-alat persenjataan milik tantara Jepang.
Mulai sejak tahun 2001 sampai sekarang, gedung Lindeteves Stokvis difungsikan sebagai gedung Bank Mandiri Cabang Surabaya Pahlawan. Meskipun sudah beralih fungsi menjadi gedung Bank, gedung ini tidak banyak berubah dari tampilannya meskipun sedikit direnovasi bagian dalamnya, bahkan gedung masih berdiri dengan kokoh (“Gedung Lindeteves Stokvis, Surabaya, tempo dulu dan sekarang,ˮ 2021