Filatelis Surabaya, bagaimana mereka melengkapi koleksinya (2/habis). Anak pun dinamai Mauritania, negeri filatelis dunia

Lo Khing Kiong menjadi filatelis sejak masih SMP dan sampai kini sudah 67 tahun lalu. Sedangkan, Agus Wibawanto menjadi kolektor benda-benda pos sejak usia lima tahun. Agus sendiri mengawali hobi filatelisnya dengan mengumpulkan perangko-perangko bekas dari amplop surat yang diterima kedua orang tuanya. Sampai-sampai, bukti pembayaran pajak televisi dan radio yang bentuknya mirip dengan perangko pun ikut dimasukkan dalam daftar koleksi filatelisnya, kala itu. Karena ingin serius menggeluti dunia filatelis Agus pun memilih A Soesianto, filatelis tersohor asal Lasem, Jawa Tengah sebagai guru filateli-nya. Tak hanya ingin menjadi kolektor murni, Agus pun mulai ikut beberapa pameran filateli tingkat nasional baik yang diadakan di Surabaya, Jakarta maupun Bali. Bahkan sakit cintanya dengan dunia filateli, Agus yang juga kolektor benda-benda filateli luar negeri seperi Belanda, Austalia dan Inggris ini menamai putrinya itu dengan nama Mauritania. “Negara Mauritius itu negaranya para filatelis tersohor kelas dunia,” kata Agus yang mengaku tak akan pernah menjual koleksi filatelinya itu.

Unknown Unknown Radar Surabaya Indonesian Petra Chronicle Newspaper clippings Unknown Radar Surabaya, 15 Agustus 2002 STAMP COLLECTORS; COLLECTORS AND COLLECTING; UNIVERSITIES AND COLLEGES--ALUMNI AND ALUMNAE

Files