Sikap melawan itu muncul untuk menghadapi penjajah Belanda, pemimpin mereka yang berani saat itu adalah Samin Surosentiko. Anggapan terhadap suatu budaya terkadang melenceng atau bertolak belakang dari tatanan sebenarnya. Pemahaman itu dialami pula Pieter Dwiyanto, mahasiswa Desain Komunikasi Visual UK Petra Surabaya. Setelah tinggal selama satu bulan di tengah-tengah masyarakat Samin, ia menemukan susuatu yang lain dan baru dalam hidupnya. Orang-orang yang selalu mengira bahwa masyarakat Samin budayanya kaku, namun hal itu tidak ditemui ketika tinggal bersama mereka dalam satu tatanan budaya dan norma. Mereka justru lebih mengutamakan kejujuran.