Arjan Jager tak pernah membayangkan akan mengerjakan disertasinya di Indonesia. Apalagi sampai ‘terdampar’ di Surabaya. Pasalnya mahasiswa Hogeschool van Utrecht, Belanda ini, telah menjelajah beberapa negara di benua Eropa dan Afrika, juga Asia untuk melakukan serangkaian penelitian. Pemuda berusia 24 tahun ini, terang-terangan mengaku sama sekali tidak punya informasi tentang Surabaya. Tapi mendadak semuanya, berubah begitu ia bertolak ke Surabaya untuk memulai penelitiannya. Ia diampingi Ir Timoticin Kwanda, pakar arsitektur kota UK Petra dan Liliany S Arifin, juga dosen jurusan arsitektur. Hebatnya, lelaku berambut plontos ini mengaku sendirian melakukan penelitian selama 10 bulan. Untuk itu, hampir setiap hari Arjan rela naik turun bus kota dan lyn untuk menuju tempat-tempat yang akan dijadikannya objek penelitian. Tak hanya itu, setiap hari Arjan juga rela berjalan puluhan kilometer menyusuri jalan-jalan protokl kota Pahlawan. Diterjang hujan dan disengat panas sinar matahari. Semua itu bukan sesuatu yang gampang. Arjan sering mengeluh soal panasnya cuaca surabaya. Satu hal yang menurut Arjan tak akan pernah dilupakan dan akan menjadi bahan cerita lucu sesampainya dia di Holland, minggu depan. Yakni ketika Arjan akan mengambil potret seorang penjual rujak di kawasan perdagangan Kembang Jepun. Wanita tua berloga Madura yang diceritakan Arjan asyik menghaluskan bumbu rujak di sebuah cobek, padahal di sekelilingnya banyak sekali kuli-kuli yang sedang mengangkuti barang, belum lagi debu dan asap kendaraan bermotor yang membuat mata menjadi pedih. Ketika Arjan mendekati wanita tua itu untuk diabadikan gambarnya, tiba-tiba si penjual rujak itu memelototinya dengan tajam dan sempat marah-marah.